Budidaya padi metode hazton hasilkan 9,48 ton/ha
Sigi (Antaranews Sulteng) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola menyampaikan apresiasi tinggi kepada Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah yang membina petani membudidayakan padi dengan methode hazton dan mencatat produktivitas 9,48 ton/ha.
Tanaman padi itu merupakan hasil budidaya Kelompok Tani Ojolali binaan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah pada 2017 yang selama ini hanya mampu berproduksi 5-6 ton per hektare.
Usai melakukan panen musim tanah kedua budidaya padi denganmetode hazton ini di Sigi, Jumat, Gubernur Longki Djanggola berharap program BI Sulteng itu jangan hanya di tiga kabupaten
yakni Banggai, Morowali dan Tolitoli saja.
"Sulteng merupakan wilayah penghasil beras. Apabila enam kabupaten lumbung beras memberikan hasil produksi yang cukup signifikan, maka Sulteng tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, program rastra dan operasi pasar," kata gubernur.
Selain itu, kata gubernur, Kabupaten Sigi merupakan wilayah dengan sumber-sumber ekonomi pertanian, perkebunan dan peternakan. Sehingga yang dilakukan pemerintah adalah melipatgandakan semua produksi sektor tersebut, agar masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
"kasihan masyarakat, jika hal ini tidak dilakukan karena kabupaten ini yang paling rentan dengan kemiskinan," ungkap gubernur.
Menurut gubernur, masyarakat di Sigi sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, dimana wilayah itu juga dihadapkan dengan kondisi dengan sekitar 63 persen luas wilayah masuk dalam kawasan hutan.
"Masyarakat sulit untuk berinteraksi, namun kami berupaya meminta ada perubahan tata ruang kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar status hutan di Sigi, bukan hanya status hutan produksi terbatas (HPT), namun diturunkan statusnya menjadi areal penggunaan lain (APL), agar para petani bisa mempergunakan kembali lahan-lahan pertanian dan perkebunannya," tutup gubernur
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng menyebutkan sejak diperkenalkannya metode ini pada bulan Juli 2017 lalu, panen pertama adalah 9 ton per hektare, dan panen kedua saat ini meningkat lagi sebesar 9,48 ton per hektare.
Miyono mengatakan pengembangan padi dengan metode Hazton, merupakan upaya untuk mendukung peningkatan pasokan dan pengendalian harga beras di Sulteng.
Metode ini telah dikembangkan di tiga kabupaten yaitu Sigi, Donggala dan Parigi Moutong seluas 20 hektare.
Program itu merupakan salah satu solusi dari alih fungsi lahan pertanian yang saat ini semakin meningkat, dalam bentuk intensifikasi lahan pertanian. Dengan lahan pertanian yang sempit, petani dapat diajarkan teknologi cocok tanam baik serta intervensi teknologi pertanian.
Bagi Miyono, program itu akan terus dilakukan hingga 4 tahun kedepan, yang bekerja sama dengan balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Sulteng.
Tanaman padi itu merupakan hasil budidaya Kelompok Tani Ojolali binaan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah pada 2017 yang selama ini hanya mampu berproduksi 5-6 ton per hektare.
Usai melakukan panen musim tanah kedua budidaya padi denganmetode hazton ini di Sigi, Jumat, Gubernur Longki Djanggola berharap program BI Sulteng itu jangan hanya di tiga kabupaten
yakni Banggai, Morowali dan Tolitoli saja.
"Sulteng merupakan wilayah penghasil beras. Apabila enam kabupaten lumbung beras memberikan hasil produksi yang cukup signifikan, maka Sulteng tidak perlu lagi mendatangkan beras dari luar untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, program rastra dan operasi pasar," kata gubernur.
Selain itu, kata gubernur, Kabupaten Sigi merupakan wilayah dengan sumber-sumber ekonomi pertanian, perkebunan dan peternakan. Sehingga yang dilakukan pemerintah adalah melipatgandakan semua produksi sektor tersebut, agar masyarakat bisa merasakan manfaatnya.
"kasihan masyarakat, jika hal ini tidak dilakukan karena kabupaten ini yang paling rentan dengan kemiskinan," ungkap gubernur.
Menurut gubernur, masyarakat di Sigi sebagian besar bergantung pada sektor pertanian, dimana wilayah itu juga dihadapkan dengan kondisi dengan sekitar 63 persen luas wilayah masuk dalam kawasan hutan.
"Masyarakat sulit untuk berinteraksi, namun kami berupaya meminta ada perubahan tata ruang kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar status hutan di Sigi, bukan hanya status hutan produksi terbatas (HPT), namun diturunkan statusnya menjadi areal penggunaan lain (APL), agar para petani bisa mempergunakan kembali lahan-lahan pertanian dan perkebunannya," tutup gubernur
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sulteng menyebutkan sejak diperkenalkannya metode ini pada bulan Juli 2017 lalu, panen pertama adalah 9 ton per hektare, dan panen kedua saat ini meningkat lagi sebesar 9,48 ton per hektare.
Miyono mengatakan pengembangan padi dengan metode Hazton, merupakan upaya untuk mendukung peningkatan pasokan dan pengendalian harga beras di Sulteng.
Metode ini telah dikembangkan di tiga kabupaten yaitu Sigi, Donggala dan Parigi Moutong seluas 20 hektare.
Program itu merupakan salah satu solusi dari alih fungsi lahan pertanian yang saat ini semakin meningkat, dalam bentuk intensifikasi lahan pertanian. Dengan lahan pertanian yang sempit, petani dapat diajarkan teknologi cocok tanam baik serta intervensi teknologi pertanian.
Bagi Miyono, program itu akan terus dilakukan hingga 4 tahun kedepan, yang bekerja sama dengan balai pengkajian teknologi pertanian (BPTP) Sulteng.
Tidak ada komentar