METODA HAZTON SISTEM JAJAR LEGOWO
Pemerintah telah berkomitmen untuk mewujudkan swasembada pangan. Peningkatan produksi beras menjadi salah satu fokus pencapaian Kementerian Pertanian. Jika sebelumnya produktivitas padi hanya berkisar 4 – 6 ton perhektar, saat ini pencapaian dan percepatan pencapaian sudah melebihi 6 ton bahkan ada yang mencapai 10 ton per hektar. Target selanjutnya yang masih menjadi pekerjaan rumah dalam mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia adalah 20 ton per hektar.
Salah satu tehnik budidaya padi yang menyeruak ke permukaan pada tahun 2012 adalah metode Hazton. Metode ini melabrak budaya budidaya yang telah berkembang puluhan tahun yakni dengan menanam 20 – 30 bibit perlubang tanam. Padahal, budaya yang telah berkembang lama hanya menanam 3 s/d 5 bibit perlubang tanam. Fokus pencapaian hazton adalah agar padi yang ditanam semuanya menjadi padi indukan yang produktif dan tidak lagi berpusat pada pembentukan anakan.
Nama hazton sendiri berasal dari nama penemunya, yakni Ir. H Hazairin, MS dan Anton Kamarudin, SP, MSi yang mulai diperkenalkan di Kalimantan Barat.
SISTEM JAJAR LEGOWO / JARWO
Tidak lama sebelum hazton lahir atau diperkenalkan ke masyarakat umum, Kementerian Pertanian juga telah memperkenalkan tehnik budidaya yang dapat memperlipatgandakan hasil panen. Tehnik jajar legowo atau biasa yang disebut Jarwo. Tehnik jarwo ini berasal peneliti Badan Litbang Pertanian bernama Sadeli Suriapermana. Tehnik jarwo ini memodifikasi jarak tanam yang sebelumnya berbentuk kotak tegel dengan jarak 25 x 25, menjadi tipe jarwo 2 : 1 yakni jarak tanam (25×12.5×50) cm. 25 pertama merupakan jarak antar rumpun di dalam barisan, 12.5 adalah jarak antar rumpun di baris pagar, dan 50 cm merupakan jarak legowo. Tipe lain dari jarwo adalah 4 : 1, atau petani juga terkadang mempraktekkan 6 : 1. Tipe 4:1 berarti setiap 4 baris kemudian diselang jarwo dengan jarak 50 cm atau menghilangkan satu baris tanaman dan memindahkan tanaman tersebut di barisan pagar. Sekilas dilihat, jajar legowo sepertinya akan mengurangi populasi rumpun karena adanya pengurangan barisan. Namun, jika diperhatikan lebih seksama, jajar legowo justru menambah rumpun populasi tanaman padi di suatu lahan. Populasi padi dengan pola tanam tegel 25 x 25 menghasilkan populasi tanam 160.000 per hektar. Sedangkan penggunaan jarwo 2 :1 akan menghasilkan populasi tanaman per ha sebanyak 213.300.
Sebagian peneliti budidaya padi berpendapat bahwa keberadaan parit jarwo ini dapat meningkatkan serapan cahaya matahari sehingga tanaman dapat menghasilkan produksi yang melimpah. Keuntungan lain dengan adanya jarwo ini adalah memudahkan petani melakukan pengelolaan usahatani seperti pemupukan susulan, penyiangan, penyemprotan, bahkan bisa digunakan untuk pengendalian hama tikus. Jarwo juga memungkinkan petani memanfaatkan sebagai minapadi (budidaya padi dan ikan).
HAZTON
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hazton merupakan modifikasi budidaya tanaman padi dengan menanam 20 sampai 30 bibit tanaman. Bibit tanaman yang digunakan adalah bibit tua yang berumur 25 – 30 hari. Tehnik hazton sangat tepat bagi daerah endemik keong mas, karena dengan penggunaan bibit tua, kerusakan akibat keong mas akan berkurang secara signifikan.
Karena penggunaan benih 20 – 30 bibit pertanam, maka kebutuhan bibit untuk persemaian pun meningkat tajam. Penggunaan benih dengan tehnik hazton mencapai 125 kg per hektar, jauh melampai tehnik budidaya jarwo atau yang biasa dilakukan hanya mencapai 25 kg/hektar.
Keistimewaan tehnik hazton adalah produktivitas yang tinggi karena bibit yang ditanam menjadi bibit indukan dan tanpa mengandalkan jumlah anakan. Namun, petani juga harus memperhatikan ancaman penyakit dan hama lainnya.
Sejak digulirkannya hazton, berbagai instansi pemerintah melakukan penelitian pembanding produktivitas antara hazton, jajar legowo, dan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Hasilnya pun beragam berbeda dengan wilayah dan kondisi lahan. Ada sebagian mengatakan hazton lebih baik dibandingkan jarwo dan PTT, sebagian yang lain mengatakan jarwo lebih baik dibandingkan hazton. Pihak –pihak yang diuntungkan dengan pemesanan benih, proyek bantuan benih, dan pengadaan benih tentu saja sangat mendukung hazton karena tehnik ini akan melipatgandakan pemesanan benih dari petani sehingga melipatgandakan keuntungan mereka.
Perbedaan hasil penelitian ini membuktikan bahwa budidaya padi tidak bisa dilakukan secara seragam. Pembuktian mana yang lebih baik dalam meningkatkan produktivitas petani justru akan membuat petani bingung karena perbedaan pendapat dari para ahli dan pengambil kebijakan. Dalam sudut pandangan saya, hazton tidak bisa dibandingkan dengan jarwo. Tehnik hazton dan jarwo adalah tehnik yang sangat berbeda. Hazton memodifikasi jumlah bibit yang ditanam, sedangkan jarwo adalah modifikasi jarak tanam. Bahkan, saya terkadang menjumpai petani menggunakan kedua tehnik tersebut. Jarak tanam di atur dengan jarwo, dan bibit ditanam secara tehnik hazton. Sah sah saja, karena petani merupakan manager dari lahan yang mereka miliki.
Meskipun kedua tehnik ini sama – sama ingin meningkatkan produktivitas lahan, namun hazton memiliki wilayah yang lebih spesifik endemik keong mas. Wilayah yang tidak terserang keong mas, masih bisa menggunakan tehnik tanam bibit dengan 5 bibit perlubang saja, karena anakan dari bibit yang ditanam tersebut tidak terganggu hama dan akan berkembang baik sesuai varietas yang digunakan. Sedangkan jarwo penggunaannya bisa dilakukan di seluruh Indonesia karena semua tanaman membutuhkan sinar matahari dan jarwo merupakan tehnik yang memberikan efisiensi yang tinggi dalam penyerapan sinar matahari. Hal ini lah yang sebaiknya dimengerti oleh petani, sehingga bisa lebih bijak mengeluarkan biaya untuk pembelian benih padi.
JARWO SUPER
Jarwo super merupakan tehnik budidaya jarwo yang mengalami penambahan komponen teknologi. Teknologi tersebut antara lain penggunaan pupuk hayati dan biodekomposer. Dalam versi lengkap, jarwo super menggunakan (1) benih yang bermutu, (2) biodekomposer saat pengolahan tanah, (3) pupuk hayati sebagai seed treatment, (4) pengendalian organisme pengganggu tanaman secara terpadu, (5) alat mesin pertanian terutama untuk tanam dan panen.
Biodekomposer digunakan 7 hari sebelum pengolahan atau pembajakan tanah. Salah satu merk dagang biodekomposer adalah EM4. Biodekomposer ini disemprotkan ke pematang sawah, tumpukan jerami, atau jerami yang masih berada ditengah sawah sisa – sisa panen. Biodekomposer ini berisi bakteri untuk mempercepat pembusukan jerami menjadi bahan organik. Penggunaan biodekomposer akan meningkatkan bahan organik tanah sehingga tanah menjadi subur dan menekan perkembangan penyakit tular tanah. Aplikasi yang digunakan adalah 2 Kg/hektar yang dicampur 400 liter air.
Selain biodekomposer, pupuk hayati juga merupakan tambahan teknologi yang membedakan jarwo dan jarwo super. Pupuk hayati merupakan pupuk yang berbasis mikroba non-patogenikyang dapat menghasilkan fitohormon (zat pemacu tumbuh tanaman), penambat nitrogen dan pelarut fosfat yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Dalam pasaran, salah satu contoh produk pupuk hayati adalah agrimeth. Penggunaan pupuk tersebut adalah mencampurkan pupuk hayati dengan padi setelah direndam dan sebelum disemai. Benih padi yang telah dicampur oleh pupk hayati segera disemai dan tidak ditunda lebih dari 3 jam, dan tidak terkena paparan sinar matahari agar tidak mematikan mikroba yang telah melekat pada benih. Aplikasi sebaiknya dilakukan pagi sebelum pukul 08.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00.
Demikian beberapa tehnik budidaya padi yang sedang “nge-trend” di tahun 2016/2017. Pemerintah sebagai katalisator memastikan tetap berada disamping petani untuk mewujudkan kedulatan pangan. Berbagai macam tehnik budidaya telah ditawarkan oleh pemerintah untuk membantu petani mewujudkan mimpi tersebut. Petani lah yang berhak memutuskan penggunaan tehnik budidaya yang sesuai dengan kondisi lahannya.
Kerjasama pemerintah dan petani dalam bidang masing-masing akan mempercepat mimpi Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Petani dengan segudang pengalaman budidaya berkonsentrasi terhadap peningkatan produktivitas, sedangkan pemerintah mempersiapkan regulasi dan peraturan untuk menjamin keberlangsungan budidaya dan distribusi hasil panen yang dihasilkan petani. Pemerintah menghendaki adanya peningkatan produksi yang signifikan, maka pemerintah pun harus melindungi petani dari gejolak harga yang timbul akibat penurunan harga pada saat panen raya.
Tidak ada komentar