Teknik dan Suka Duka Budidaya Hidroponik Skala Industri
Kendala utama yang sering dihadapi dalam industri pertanian adalah ketersediaan lahan yang terus menyempit. Tapi masalah ini bisa diselesaikan menggunakan sistem budidaya tanaman hidroponik. Beberapa waktu belakangan ini penerapan sistem hidroponik mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat terutama yang gemar bercocok tanam dan menekuni bisnis argoindustri.
Dilihat dari kacamata bisnis, sistem budidaya tanaman hidroponik memang memiliki prospek yang sangat bagus dan menguntungkan. Apalagi untuk pelaku bisnis yang sebelumnya sudah memiliki kegemaran bercocok tanam tapi tidak memiliki lahan pertanian yang luas.
Fokus pada satu jenis tanaman
Secara umum, sebenarnya sistem pengelolaan tanaman hidroponik dalam skala industri tidak berbeda jauh dengan sistem budidaya tanaman secara konvensional. Namun sebaiknya hanya memilih 1 jenis tanaman saja yang dikembangkan. Misalnya yang paling populer adalah buah atau sayuran yang masa tanamnya tidak lebih dari 3 bulan atau maksimal 100 hari.
Contohnya antara lain sawi, selada, bayam, kangkung, cabe, melon, pakcoy, tomat serta yang lainnya. Tanaman ini sangat mudah sekali dibudidayakan dengan sistem hidroponik dan tidak butuh waktu lama untuk memanen. Selain itu bisa ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim.
Suka duka menggunakan sistem budidaya tanaman hidroponik
Dibanding sistem konvensional, salah satu perbedaan paling mencolok di budidaya tanaman hidroponik adalah penggunaan tenaga kerja yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Penyebab utamanya yaitu semua sistem bisa bekerja secara otomatis, sehingga hanya butuh pengotrolan dan pengawasan saja.
Perbedaan lainnya terkait dengan hama. Teknik penanganannya juga sama, tapi kemungkinan terjadinya serangan hama pada tanaman hidroponik lebih sedikit dan dapat diatasi tanpa harus memakai pestisida kimia.
Misalnya dengan cara memakai green house sehingga tanaman tersebut bisa lebih terlindungi. Selain itu apabila masih terjadi serangan hama tanaman tidak disemprot dengan pestisida tapi bagian tanaman yang rusak harus dipotong atau dibuang.
Untuk media tanamnya, salah satu jenis media terbaik adalah cocofeet yang dibuat dari bahan limbah sabut kelapa kemudian dibamil rontokannya. Alternatif lainnya adalah memakai arang sekam. Khusus untuk tanaman yang dipanen daunnya, media paling cocok adalah roodwoll.
Jika dihitung secara keseluruhan, teknik budidaya tanaman hidroponik memang butuh modal besar terutama untuk skala industri. Meski demikian hasil panennya juga memiliki nilai jual lebih mahal dibanding tanaman konvensional. Hal ini disebabkan kualitas hasil dari budidaya hidropnik sangat bagus dan mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi.
Lebih dari itu, permintaan hasil budidaya tanaman hidroponik terus mengalami kenaikan dan selalu laku keras di pasaran. Konsumennya tidak hanya berasal dari kalangan rumahan saja, tetapi juga restauran kelas atas dan hotel berbintang.
Diprediksi, peningkatan permintaan akan semakin signifikan di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu tidak mengherankan jika makin banyak yang tertarik berbisnis tanaman hidroponik dalam skala industri baik kecil, menengah dan besar.
Tidak ada komentar