Header Ads

ad728
  • Breaking News

    HAMA WERENG dan CARA PENGENDALIANNYA

    Foto AGRO Pertanian.




    Wereng adalah sebutan umum untuk serangga penghisap cairan tumbuhan anggota ordo Hemiptera ( kepik sejati ), subordo Fulgoromorpha, khususnya yang berukuran kecil. Selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan sejumlah penyakit tumbuhan penting, khususnya dari kelompok virus. Beberapa buku masih menggunakan nama Auchenorrhyncha untuk menyebut Fulgoromorpha.


    Ciri - Ciri:
    • Nimfa dari Fulgoroida memproduksi lilin dari keenjar khusus di perut dan bagian tubuh lainnya. Lilin ini bersifat hidrofobik dari membantu menyembunyikan serangga dari pemangsa. Betina dewasa juga memproduksi lilin untuk melindungi telur.
    • Wereng merupakan vektor dari beberapa penyakit tumbuhan, terutama fitoplasma yang hidup di floem tumbuhan dan ditularkan oleh wereng ketika menyerap nutrisi dari batang tumbuhan.
    • Sejumlah anggota Fulgoroidea yang telah punah diketahui dari catatan fosil seperti Emiliana dari zaman Lutetian yang hidup di Colorado, Amerika Serikat.

    Wereng memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya. Bahkan, suatu jenis wereng mampu menghasilkan keturunan yang tahan terhadap kondisi tertentu. Penggunaan satu jenis varietas secara terus menerus bisa menjadi salah satu faktor penyebab ledakan hama wereng. Untuk itu, pergiliran tanaman dan varietas perlu dilakukan untuk memutus rantai hidup wereng. Selain itu, penjarangan pada jarak tanam juga mampu mengurangi serangan hama wereng.

    Jenis-jenis wereng yang biasa menyerang tanaman padi :
     Wereng hijau ( Nephotettix spp. )
     Wereng punggung putih ( Sugatella furcifera )
     Wereng Coklat ( Nilaparvata lugen )
     Wereng kecil ( Leodelphax striatellus) 
     Wereng padi ( Sogatodes oryzicola )
     Wereng zig zag ( Recilia dorsalis )

    Wereng hijau ( Nephotettix spp.)
    Merupakan hama utama padi karena penyebar virus tungro. Virus yang menyebabkan penyakit ini yaitu Rice tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan Rice tungro spherical badnavirus (RTSV). Penyakit tungro dapat menyebabkan kehilangan hasil yang besar pada produksi tanaman padi.

    Wereng punggung putih ( Sogatella furcifera )
    Wereng sebagai hama sulit dikendalikan karena memiliki berbagai biotipe yang masing-masing memiliki kesukaan tersendiri terhadap kultivar yang berbeda-beda pula.

    Wereng coklat ( Nilaparvata lugens )
    Wereng batang cokelat ( WBC ) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena hanya bisa hidup dengan menghisap cairan tumbuhan, wereng menjadi hama penting dalam budidaya tanaman, selain sebagai pemakan langsung, wereng juga menjadi vektor bagi penularan. Serangan hama wereng pada tanaman padi akhir-akhir ini semakin meningkat. Di beberapa wilayah di Jawa hama wereng telah merusak puluhan bahkan ratusan hektar sawah petani. Produksi sawah yang tadinya 6.2 ton/ha, sekarang hanya mampu mendapai 5.4 ton/ha. Petani terancam rugi, ketersediaan pangan nasional pun terancam berkurang.

    Bioekologi wereng batang coklat
    a. Stadia telur
    • Berwarna putih, bentuknya seperti pisang
    • Diletakkan secara berkelompok 8 – 16 butir/ kelompok dalam jaringan pelepah daun
    • Jumlah telur 100 – 600 / ekor serangga betina
    • Stadium telur 7 - 10 hari

    b. Stadium nimfa
    • Mengalami 5 instar, masing – masing dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayap
    • Nimfa muda umumnya berwarna putih, makin tua makin coklat
    • Stadium nimfa 12 – 15 hari
    • Instar 4 dan 5 , dibedakan berdasarkan ada tidaknya bintik hitam pada sayap / bakal sayap
    • Sayap brakiptera transparan dan tulang sayap ( vena ) Nampak jelas, sedangkan bakal sayap nimfa berwarna coklat tidak transparan.

    c. Stadium imago
    • Dewasa berwarna coklat muda atau coklat tua
    • Warna sayap berbintik-bintik pada bagian pertemuan sayap depan
    • Panjang serangga jantan 2-3 mm
    • Bentuk serangga dewasa terdiri dari dua bentuk bersayap panjang (makroptera) dan bersayap pendek (Brakiptera), terjadi karena pengaruh lingkungan ( kondisi tanaman, kepadatan populasi dan genetic )
    • Bentuk brakiptera lebih berperan untuk berkembangbiak
    • Makroptera berfungsi untuk berpindah tempat, sangat tertarik cahaya lampu
    • Umur serangga dewasa 18 -28 hari
    • Siklus hidup berlangsung sekitar 25 hari

    Gejala serangan :
    • Kerusakan secara langsung terjadi karena hama ini mempunyai kemampuan mengisap cairan tanaman yang menyebabkan daun menguning, kering dan akhirnya mati yang dikenal dengan gejala hopperburn.
    • Kerusakan secara tidak langsung terjadi karena serangga ini merupakan vektor penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.

    Faktor penyebab serangan hama wereng cokelat adalah
    1. Faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya populasi dan serangan wereng batang cokelat dalam beberapa tahun terakhir ini adalah potensi biotik wereng batang cokelat yang tinggi, faktor abiotik dan sistem budidaya padi yang mendukung berkembangnya populasi wereng batang cokelat.
    2. Terjadinya anomali musim (keganjilan) yaitu adanya hujan di musim kemarau sehingga kelembaban udara dan temperatur menjadi kondisi yang optimal untuk perkembangan populasi wereng cokelat. Wereng cokelat memiliki biological clock ( mampu berkembang biak di musim hujan maupun kemarau ).
    3. Perkembangan wereng cokelat bersifat strategis dan cepat menemukan habitat baru sebelum habitat lama “katastropi”.
    4. Wereng cokelat memiliki genetik plastisitas yang tinggi (mampu beradaptasi secara cepat pada varietas padi yang baru (membentuk biotipe yang lebih ganas daripada sebelumnya). Wereng cokelat juga mampu dengan cepat melemahkan kerja insektisida (resisten).
    5. Tingginya serangan wereng cokelat dapat dipicu oleh perilaku manusia mulai dari para petani yang salah menggunakan pestisida sehingga menimbulkan resurjensi (bertambahnya populasi lebih tinggi dari populasi awal sebelum disemprot insektisida).
    6. Kebijakan pemerintah yang kurang mendukung upaya penelitian varietas baru tanaman padi yang lebih tahan wereng cokelat. Faktor lain, pola tanam yang tidak serempak serta banyaknya petani yang menanam varietas tidak tahan wereng cokelat.

    Seluruh faktor pemicu timbulnya kembali ledakan serangan wereng cokelat di pertanaman padi milik petani tersebut harus dijadikan pijakan untuk penyusunan strategi pengendalian wereng cokelat yang efektif dan ramah lingkungan.

    Dalam melakukan kegiatan pertanian keseimbangan ekosistem dan rantai makanan harus terjaga. Keberadaan predator alami wereng seperti laba-laba, kumbang, kepik permukaan air, dan belalan bertanduk panjang akan mampu mengendalikan polpulasi hama wereng. Untuk itu, kita perlu menjaga tempat hidup dari para predator tersebut yang biasanya hidup dalam semak dan beberapa tanaman gulma.

    TEKNIK PENGENDALIAN.
    Gangguan hama wereng pada budidaya padi merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi petani, serangan hama wereng menyebabkan kerusakan yang cukup serius pada daerah endemis wereng. Agar lebih berhasil dalam mengendalikan hama wereng harus dilakukan pada instar (periode tumbuh) hama seawal mungkin, karena wereng merupakan hama yang menyerang tanaman padi sejak menetas sampai dewasa, pengendalian hama yang dilakukan pada instar dewasa sudah sangat merugikan serta tidak ekonomis.

    1. Pengaturan Pola Tanam.
    Pengaturan pola tanam yang diterapkan adalah :
    a. Tanam serentak
    Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama sehingga populasi wereng coklat tidak mempunyai kemampuan untuk berkembangbiak terus menerus, memudahkan pengamatan dan tindakan korektif apabila diperlukan. Tanam serentak juga dapat membantu memutus ketersediaan makanan hama karena adanya periode tidak ada tanaman (bera). Tanam serentak hendaknya dilakukan pada areal yang sekurang-kurangnya satu petak tersier atau wilayah kelompok tani dengan selisih waktu tanam paling lama 2 minggu.
    b. Pergiliran tanaman

    2. Penggunaan Varietas Tahan.
    a. Penggunaan varietas tahan
    b. Pergiliran varietas tahan dilakukan untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru.
    Varietas yang digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan baik dalam musim maupun antar musim namun demikian penggunaan varietas tahan masih mengandung resiko karena ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh adanya perkembangan biotipe wereng coklat.

    3. Pengendalian dengan kultur teknis yaitu menerapkan cara bercocok tanam dengan cara :
    a. mengatur waktu
    b. Sanitasi yaitu kebersihan lingkungan pertanaman
    c. Pelarangan peredaran jerami padi dari daerah serangan ke daerah yang belum terserang.
    d. Tindak lanjuti dengan penelitian jika pada varietas IR 64 terserang berat wereng cokelat.

    4. Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami/ biologis 
    5. Pengendalian dengan fisik / mekanis yaitu menangkap hama secara langsung dengan alat ( menggunakan perangkap lampu di malam hari ),maupun tanpa alat.
    6. Aktifkan kembali sistem informasi organisasi penerapan PHT di tingkat petani untuk memantau agro ekosistem / perkembangan populasi wereng, keberadaan musuh alaminya (predator, parasitoid dan patogen hama) pada areal tanaman padi yang masuk ke dalam tanggung jawab kelompoknya di bawah bimbingan petugas pengamat hama/PPL, pengambilan keputusan dan program tindakan.
    7. Klasifikasikan areal tanaman padi yang terserang wereng cokelat ke dalam kriteria serangan berat (puso), agak berat, sedang, ringan dan tidak terserang, yang dilengkapi dengan informasi penerapan teknik budi daya (varietas padi, pemupukan, aplikasi pestisida jenis dan dosis, penyiangan, pengairan) hama lain dan penyakit. Jika menemukan serangan berat lengkapi dengan informasi varietas yang ditanam.
    8. Sosialisasikan kepada para petani dan petugas peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan tanaman berikut ketentuan tindak pidananya.

    9. Pengendalian Hayati.
    a. Penggunaan cendawan entomopathogen yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan Wereng coklat antara lain : Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae, M. flavoviridae dan Hersutella citriformis.
    b. Predator untuk mengendalikan wereng ini adalah Cyrtorhinus lividipennis ( Hemiptera : Miridae)

    10. Eradikasi.
    Eradikasi dilakukan apabila ditemukan serangan kerdil rumput dan kerdil hampa dengan pencabutan dan pemusnahan.
    11. Penggunaan Insektisida.
    a. Pengendalian secara kimiawi apabila keadaan serangan hama sudah melebihi ambang ekonomi, pengendalian hama secara kimiawi harus dilaksanakan secara bijaksana agar musuh alami hama tidak musnah yaitu dengan menerapkan 5 tepat; tepat jenis insektisida, tepat waktu, tepat tempat , tepat dosis dan konsentrasi, tepat sasaran
    b. Pengedalian dengan insektisida dilakukan apabila telah ditemukan populasi wereng coklat 10 ekor / rumpun (1 ekor / tunas) pada tanaman berumur < 40 HST dan 20 ekor/ rumpun pada tanaman berumur > 40 HST. Insektisida yang dipilih bersifat selektif, efektif dan diijinkan untuk digunakan pada tanaman padi.
    c. Untuk daerah yang telah ditemukan serangan virus ( kerdil rumput dan atau kerdil hampa) digunakan insektisida butiran 1 hari sebelum pengolahan tanah secara seed bed treatment. Dan dilanjutkan penyemprotan insektisida pada persemaian apabila ditemukan adanya populasi wereng coklat.
    d. Lakukan evaluasi terhadap pestisida yang digunakan (jenis, dosis, cara dan waktu aplikasi, interval penyemprotan, dicampur, tidak dicampur, efektivitas).
    e. Lakukan seleksi terhadap jenis pestisida yang dipakai ( masih efektif, kurang efektif, tidak efektif ).
    f. Gunakan insektisida yang masih efektif menurut ambang ekonomi hama dengan memperhatikan teknik aplikasi yang benar agar dampak negatif sewaktu aplikasi dapat diperkecil.

    KESIMPULAN
    Pengendalian hama wereng pada tanaman padi dengan memadukan beberapa pengendalian, namun pada daerah indemik perlu dilakukan tindakan prefentif dan bila serangan sudah melebihi ambang ekonomi perlu diadakan tindakan pengendalian secara kimiawi yaitu dengan insektisida sesuai anjuran

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728