Header Ads

ad728
  • Breaking News

    PENYAKIT BLAS (Pyricularia Oryzae Cav) PADA TANAMAN PADI

    Penyakit Blas (Pyricularia oryzae)


    a. Nama Umum   : Penyakit Blas
    b. Nama Ilmiah   : Pyricularia oryzae
    c. Klasifikasi
            – Kingdom   : Myceteae
            – Divisi         : Amastigomycota
            – Subdivisi   : Deuteromycetina
            – Kelas         : Deuteromycetes
            – Ordo          : Moniliales
            – Famili        : Moniliaceae
            – Genus        : Pyricularia
            – Spesies      : Pyricularia oryzae (Alexopoulus dan Mims, 1979).

    d. Penyebab Penyakit
    Penyakit blas disebabkan oleh cendawan Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. (sinonim dengan Pyricularia oryzae) (Rossman et al., 1990).
    e. Ciri Mikro Patogen
    Secara morfologi, cendawan Pyricularia oryzae mempunyai konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua (3 ruangan) (Ou, 1985). Satu daur penyakit dimulai ketika spora cendawan menginfeksi dan rnenghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika cendawan bersporulasi dan rnenyebarkan spora baru rnelalui udara. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, satu daur dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 minggu. Selanjutnya dari satu bercak dapat rnenghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus rnenghasilkan spora selama lebih dari 20 hari. Pada kondisi kelembapan dan suhu yang mendukung, cendawan blas dapat mengalami banyak daur penyakit dan menghasilkan kelimpahan spora yang dahsyat pada akhir musim. Tingkat inokulum yang tinggi ini sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan (Scardaci et al., 1997).
    f. Bioekologi Patogen
    Daur penyakit blas meliputi tiga fase yaitu infeksi, kolonisasi, dan sporulasi (Leung dan Shi, 1994). Fase infeksi diawali dengan pembentukan konidia bersepta tiga yang dilepaskan oleh konidiatorKonidia berpindah ke permukaan daun yang tidak terinfeksi melalui percikan air atau bantuan angin. Konidia menempel pada daun karena adanya perekat atau getah di ujungnya (Hamer et al., 1988). Konidia akan berkecambah pada kondisi optimum dengan cara membentuk buluh-buluh perkecambahan yang selanjutnya menjadi appresoria (Bourett dan Howard, 1990). Appresoria akan menembus kutikula daun dengan bantuan melanin yang ada pada dinding appresoriaProses penetrasi appresoria pada kondisi optimum berlangsung 8-10 jam (Chumley dan Valent, 1990). Pertumbuhan hifa yang terus terjadi menyebabkan terbentuknya bercak. Pada kelembapan yang tinggi, bercak pada tanaman yang rentan menghasilkan konidia selama 3-4 hari. Konidia ini sangat mudah tersebar dan merupakan inokulum untuk infeksi selanjutnya (Leung dan Shi 1994).
    Penyebaran spora terjadi selain oleh angin juga oleh biji dan jerami. Cendawan P. oryzae mampu bertahan dalam sisa jerami sakit dan gabah sakit. Dalam keadaan kering dan suhu kamar, spora masih bertahan hidup sampai satu tahun, sedangkan miselia mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun. Sumber inokulasi primer di lapang pada umumnya adalah jerami. Sumber inokulasi benih biasanya memperlihatkan gejala awal pada pesemaian. Untuk daerah tropis, sumber inokulasi selalu ada sepanjang tahun, karena adanya spora di udara dan tanaman inang lain selain padi (Tasugi dan Yoshida, 1959).
    g. Gejala
    Cendawan P. oryzae dapat membentuk bercak pada daun padi, buku batang, leher malai, cabang malai, bulir padi, dan kolar daun (Chen, 1993; Scardaci et al., 1997). Bercak pada pelepah daun jarang ditemukan. Bentuk khas dan bercak blas daun adalah belah ketupat dengan dua ujungnya kurang lebih runcingBercak yang telah berkembang. bagian tepi berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih keabu-abuan. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus membesar pada varietas yang rentan, khususnya bila dalam keadaan lembab. Bercak yang telah berkembang penuh mencapai panjang 1—1,5 cm dan lebar 0,3—0,5 cm dengan tepi berwarna coklat. Bercak pada daun yang rentan tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak tersehut dikelilingi oleh warna kuning pucat (halo area), terutama pada lingkungan yang kondusif, seperti keadaan lembab dan ternaungi. Selain itu, perkembangan bercak juga dipengaruhi oleh kerentanan varietas dan umur bercak itu sendiri. Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang tahan. Hal ini karena proses perkembangan konidia dan cendawan P. oryzae dalam jaringan inangnya terhambat. Bercak akan berkembang sampai beberapa millimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna coklat pada varietas dengan reaksi moderat (Nisikado, 1926; Ou, 1985; dan Sueda, 1928). Pada lingkungan yang kondusif, blas daun dapat menyebabkan kematian keseluruhan tanaman varietas rentan yang masih muda sampai stadia anakan (Scardaci et al., 1997).
    Infeksi pada buku batang menyebabkan bercak berwarna coklat atau hitam dan batang patah (Ou, 1985) dan kematian yang menyeluruh pada batang sebelah atas dan buku yang terinfeksi (Scardaci et al., 1997). Infeksi pada malai menyebabkan blas leher, bercak coklat pada cabang malai dan bercak coklat pada kulit gabah (Ou, 1985). Apabila blas leher terjadi lebih awal akan mengakibatkan malai mati secara prematur, putih dan kosong secara menyeluruh, sedangkan jika blas leher terjadi kemudian menyebabkan pengisian bulir padi tidak sempurna dan mutu biji menjadi rendah (Scardaci et al., 1997). Infeksi P. oryzae pada malai akan menyebabkan leher malai membusuk dan bulir padi menjadi hampa (Semangun, 1991).
    Serangan P. oryzae pada kolar daun (daerah pertemuan antara helaian daun dan pelepah) menimbulkan gejala blas kolar berwarna coklat. Blas kolar yang terjadi pada daun bendera atau pada daun kedua terakhir dapat menyebabkan pengaruh yang nyata pada produksi padi (Scardaci et al., 1997).

    Gambar 2. Gejala penyakit blas daun (A), blas leher (B), blas buku (C), dan blas kolar (D) (Santoso dan Nasution ,2012)
    Gambar 3. Gejala penyakit blas daun (Encyclopedia of life, 2012)
    h. Pengendalian
    Menurut Santoso dan Nasution (2012) pengendalian penyakit blas dapat dilakukan dengan menggunakan varietas tahan, diversifikasi varietas padi, cara bercocok tanam dan pendekatan kimiawi.
             Ketahanan Varietas
    Cara yang paling efektif, murah dan ramah lingkungan dalam pengendalian blas adalah penggunaan varietas tahan. Ketahanan varietas padi pada penyakit blas umumnya mudah patah. Ketahanan varietas unggul yang dilepas patah setelah beberapa musim tanam. Penggunaan varietas tahan tersebut harus disesuaikan dengan sebaran ras yang dominan di suatu daerah. Apabila tanaman padi ditanam berturut-turut sepanjang tahun, maka pergiliran varietas atau rotasi gen harus dilakukan. Beberapa varietas yang masih menunjukkan reaksi tahan sampai sekarang adalah Limboto, Danau Gaung, Situ Patenggang, dan Batutegi.
             Diversifikasi Varietas Padi
    Diversifikasi varietas padi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
    1. Penanaman varietas yang berbeda secara berseling-seling;
    2. Pelepasan galur secara terus-menerus;
    3. Penanaman sejumlah varietas/galur dalam suatu hamparan.
             Pendekatan Cara Bercocok Tanam
    Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan cara bercocok tanam dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
    1. Pemakaian jerami sebagai kompos;
    2. Penggunaan pupuk nitrogen dengan dosis;
    3. Waktu tanam yang tepat.
             Pendekatan Kimiawi
    Pengendalian penyakit blas dengan pendekatan kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
    1. Cara perendaman benih (soaking) dalam fungisida;
    2. Penyemprotan tanaman dengan fungisida.



    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728