Header Ads

ad728
  • Breaking News

    Mat Lubi, Jawara Bebek Desa Pontang, Serang







    Kemiskinan selama ini menjadi wajah sebagian desa-desa di Indonesia. Tak terkecuali dengan Desa Pontang, Kecamatan Pontan, Kabupaten Serang, Banten. Bosan melihat desanya yang seolah tak berputar searah roda zaman membuat Mat Lubi tergerak hatinya membangun tempat kelahirannya Desa Pontang.
    Kondisi itu yang kemudian mendorong Mat Lubi  mendalami ilmu teknis peternakan di Sekolah Peternakan Menengah Atas Cinagara Bogor. Setelah lulus tahun 1989, dan meneruskan kuliah di Fakultas Peternakan UNISMA Malang dan lulus tahun 1995.
    Lepas pendidikan, langkah pertama yang dilakoni Mat Lubi bekerja di peternakan itik skala luas di daerah Cilegon, Banten. Berbagai jabatan sempat dipercayakan padanya. Mulai staf produksi hingga posisi manager operasional, bahkan terakhir sebagai manager pemasaran.
    “Saat itu peternakan itik yang saya kelola cukup baik performa produksinya, namun saya ingin membangun desa saya. Jadi saya memilih pindah dari perusahaan tersebut,” tuturnya.
    Mat Lubi menyadari, untuk mewujudkan cita-citanya membangun sebuah komunitas usaha ternak bebek rakyat yang ideal, langkah pertama yang harus ia tempuh adalah dengan berternak mandiri. Karena itu pada awal 2002, dengan modal seadanya, dia mulai merintis cita-citanya itu.  
    Mat Lubi lalu menyewa lahan untuk membangun kandang bebek berkapasitas 3.000 ekor. Lokasinya di tepi sawah belakang rumahnya. Setelah kandang bebek selesai dibangun bukan tanpa aral rintangan. Muncul kendala uangnya tak cukup membeli bebek dan sarana pendukung lainnya.
    Pantang frustasi, berbekal keyakinan Tuhan pasti mempermudah langkahnya. Mat Lubi mendapat bantuan dari rekan seangkatannya saat di SNAKMA Bogor. Dari situlah dia benar-benar mulai merintis menjadi peternak bebek profesional.
    Upaya membangun model usaha ternak bebek intensif, ideal, efisien dan profesional memang tak mudah. Mat Lubi harus jatuh bangun. Bahkan tak sedikit dia menghadapi sinisme warga sekitar yang notabene masih beternak bebek secara tradisional, yakni secara ekstensif atau diangon.
    Namun tekad Mat Lubi tak surut. “Saya harus berhasil, agar apa yang saya lakukan bisa menjadi contoh  warga masyarakat. Saya ingin kelak Desa Pontang bisa menjadi ‘kiblatnya’ orang belajar berternak bebek,”  ujarnya. “Inilah saatnya saya membangun daerah saya,” tegas Mat Lubi.
    Tawarkan ke Investor
    Berbekal keterampilan teknis, pengalaman manajerial dan dukungan pelaku usaha lainnya, Mat Lubi yakin sudah saatnya membangun tempat daerahnya seperti yang diimpikan puluhan tahun silam. Untuk mewujudkan itu, dia lalu membangun kluster budidaya bebek rakyat melalui usaha yang dia namakan Pontang Bebek Jawara (PBJ) Farm.
    Untuk tahap awal tersedia lahan dengan kapasitas 10.000 ekor bebek atau setara dengan 2,7 juta butir telur/tahun.  Tujuan lain didirikannya PBJ adalah bisa menjadi mitra strategis  peternak sebagai model budidaya percontohan, wadah penyebaran informasi teknis  (training center) dan media riset lapangan (field riset station). Untuk tujuan tersebut, Mat Lubi menyiapkan lahan kapasitas 2.000 ekor. 
    “Saya sangat berharap uluran tangan instansi terkait  agar cita-cita saya untuk bisa berbagi ilmu kepada masyarakat bisa segera terwujud,“ ujarnya  serius. Mat Lubi juga menawarkan kegiatan kemitraan dengan investor untuk membangun usaha peternakan bebek.
    Model kerjasamanya profit sharing dengan pembagian 70% investor (mitra PBJ) dan 30% pengelola. Modal yang diperlukan dalam satu kluster (500 ekor) dari mulai tahap persiapan sampai masa produksi atau sekitar 13 bulan sekitar Rp 210 juta.
    Hitungan Mat Lubi, angka tersebut berdasarkan kondisi real di lapangan  dan pengalaman.  Asumsi angka yang digunakan untuk sewa kandang dan peralatan Rp 18,75 juta, harga bibit bebek siap produksi (usia 5 bulan) Rp 80 ribu/ekor. Rata-rata produksi  75%, mortalitas 5%, harga pakan di bawah Rp 5 ribu/kg, insentif tenaga kerja 10% dari nilai jual produksi telur, harga jual telur Rp 1.700/butir. Sedangkan harga jual bebek afkir Rp 55 ribu/ekor.
    Dari modal tersebut, mitra PBJ hanya perlu memberikan dukungan pendanaan senilai Rp 78 juta atau 37% dari modal. Dengan demikian, dalam satu siklus usaha (13 bulan), mitra PBJ akan mendapatkan hasil sekitar Rp 97 juta. Nilai itu untuk pengembalian modal kerja ditambah keuntungan investasi sebesar 37% dari beban modal kerja.
    Mat Lubi mengatakan, dengan mengembangkan mitra usaha peternakan bebek ini dapat mempercepat mewujudkan Kecamatan Pontang menjadi basis budidaya bebek unggulan Provinsi Banten. “Kami berharap kemiskinan dan keterbelakangan yang menjadi momok masyarakat Pontang dan Kabupaten Serang akan segera berakhir,” kata Mat Lubi.
    Sang Formulator Pakan
    Pakan menjadi salah satu faktor penting dalam usaha peternakan bebek. Bahkan keperluan biaya untuk pakan terbilang cukup besar, bisa menghabiskan 70% dari anggaran atau modal.
    Karena itu menurut Mat Lubi, jika bisa memformulasi pakan sendiri akan dapat menghemat biaya produksi, pada akhirnya mendongkrak keuntungan. “Alhamdulillah dalam perjalanan waktu saya berhasil memformulasikan pakan bebek,” kata Mat Lubi bangga.
    Pakan bebek tersebut diolah dari limbah pabrik yang ada di sekitar Cikande Serang. Performa pakan yang berhasil diracik Mat Lubi, tidak kalah dengan complete feed  bikinan pabrik pakan terkenal.
    Bahkan Mat Lubi berhasil memanipulasi pakan untuk mencegah molting (rontok bulu) pada bebek. Teknik sederhana mencegah penyebaran virus flu burung. Bahkan teknik ini diakui Pos Keswan Dinas Peternakan Kabupaten Serang.
    Andika, peternak bebek dari Balaraja Tangerang mengakui, pakan ternak buatan Mat Lubi, selain murah juga membuat bebek cepat besar dan cepat berproduksi. Rata-rata produksinya bisa mencapai 75%.  
    “Saya pakai pakan buatan Mat Lubi, karena telah saya buktikan sendiri kualitasnya.  Selisih harganya juga jauh dibanding pakan pabrik. Bisa selisih Rp 1.500 per kilonya,” tutur Andika.
    Sebagai peternak yang memiliki latar belakang akademis, Mat Lubi banyak berimprovisasi dan riset lapangan, meski sederhana. Berkat keuletannya melakukan percobaan di lapangan selama belasan tahun, banyak terobosan baru yang berhasil ditemukan.
    Tak hanya itu, Mat Lubi mampu menciptakan mesin tetas sederhana berbiaya murah yang dapat bekerja secara otomatis. Keberhasilan Mat Lubi itu untuk menjawab tantangan bahwa selama ini hampir 90% kebutuhan DOD (Day Old Duck) peternak bebek di Serang masih didatangkan dari luar wilayah Serang.
    Keberhasilan Mat Lubi tersebut membuat pemerintah tak segan memberikan bantuan. Pada tahun 2009, saat pemerintah membentuk program Sarjana Membangun Desa (SMD), sebagai sarjana putra daerah, Mat Lubi berkesempatan terlibat dalam program tersebut. Apalagi Mat Lubi dianggap berhasil  membina Kelompok Ternak Bina Mandiri.
    Pada tahun anggaran 2015 ini, Kelompok Ternak Bina Mandiri yang beranggotakan 10 orang mendapat bantuan  1.600 ekor bibit bebek, bangunan kandang dan peralatan, pakan dan obat-obatan, serta beberapa unit mesin pengolah pakan seperti  oven, mixer, genset dan bantuan lainnya.
    Terakhir, dengan dukungan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Mat Lubi terpilih menjadi Manager Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) Sumber Rezeki. SPR merupakan model usaha peternakan untuk menggerakkan masyarakat di tingkat kecamatan, terutama menumbuhkan kekuatan ekonomi berbasis desa. Yul
    Editor : Julianto

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728